-

Sunday, December 04, 2011

Warga Cigadung tidak Lagi Membuang Sampah ke Sungai


BANDUNG, (PRLM).- Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk melarang warga membuang sampah langsung ke aliran sungai. Namun, cara itu kebanyakan tidak berhasil. Warga tetap saja membuang sampah ke sungai, dan tidak menghiraukan larangan yang ada.
Warga RW 10 Kelurahan Cigadung, Kecamatan Cibeunying Kaler, punya cara ampuh. Mereka menanami lahan tidur yang ada di sepanjang bantaran Sungai Cidurian, dengan tanaman produktif.
"Dengan begitu, jarang sekali ditemukan ada warga yang membuang sampah langsung ke sungai. Kalaupun masih ada, ya tidak terang-terangan lagi seperti dulu, mungkin karena mereka (warga, red.) sudah merasa malu buang sampah di sungai," kata Ketua RW 10 Agus Amin, ketika ditemui di kediamannya, akhir pekan lalu.
Saat ini, RW 10 Kelurahan Cigadung menjadi finalis 20 besar kegiatan Bandung Green and Clean (BGC) 2011. Agus mengatakan, metode yang mereka terapkan di lingkungan sekitar bisa dicontoh oleh wilayah lain, sehingga bisa meningkatkan angka ruang terbuka hijau di Kota Bandung.
Tanaman sayuran produktif yang ditanami warga RW 10, antara lain terong ungu, kangkung, bawang daun, dan seledri. "Di lahan tidur ini kami lakukan pembibitan, sedangkan tanaman yang sudah jadi kami tempatkan ke dalam pot untuk kemudian diletakkan di sepanjang gang yang ada," kata Agus.
Benar saja, ketika memasuki gang lima RT di RW 10 Kelurahan Cigadung, tanaman-tanaman yang berada di dalam pot langsung dapat dengan mudah ditemui. Pot-pot tersebut diletakkan di atas selokan, dengan diwadahi papan-papan.
"Di setiap RT ada sekitar 250 pot tanaman, jadi untuk lima RW ada lebih dari 1.250 pot," ujarnya. Menurut Agus, penghijauan di sepanjang gang itu berawal dari ide urban farming yang dicetuskan warga.
Selain itu, kegiatan ibu-ibu Pemberdayaan & Kesejahteraan Keluarga (PKK) di RW 10 juga menjadi andalan. Kreativitas di bidang memasak, menjahit, melukis, dan aneka kerajinan tangan lain, juga dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai ekonomi suatu barang.
Dalam bidang memasak misalnya, mereka memilih tepung ganyong sebagai bahan dasar untuk membuat cup cakes dan brownies. "Harganya lebih murah, tapi rasanya lebih enak, makanya banyak yang memesan sehingga bisa menambah-nambah penghasilan keluarga," ucap Dian Nurliani.
Dia juga mengatakan, warga seringkali memanfaatkan sisa-sisa kain perca yang didapat dari sentra kaos di sekitar wilayah tersebut, untuk kembali digunakan sebagai tas, tempat tisue, sajadah, sarung bantal, dan lain-lain. "Kami juga memanfaatkan sampah plastik menjadi tas, tempat pensil, dan masih banyak lagi," kata Dian.
Dengan mengikuti program BGC, Dian mengatakan warga bisa mereduksi sampah sekitar 40% untuk didaur ulang dan digunakan kembali. "Sebelum ikut BGC kami tidak memikirkan jalan keluar, berbeda sekali dengan saat ini," ujarnya.( A-175/A-147)***
sumber : www.pikiran-rakyat.com

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment