-

Wednesday, January 28, 2015

Kebun Raya Kuningan (KRK) di bawah lereng Gunung Ciremai dibuka untuk Publik

Kebun Raya Kuningan disingkat KRK sebagai salah satu dari 21 kebun raya daerah di Indonesia, direncanakan tahun ini akan dibuka untuk publik.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebun Raya Kuningan Maryoto, menyebutkan rencana itu bahkan baru-baru ini sudah disampaikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sebagai pendamping pembangunan kebun raya daerah, melalui surat Kepala Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kuningan, serta kepada Gubernur Jawa Barat.
"Rencana peluncuran Kebun Raya Kuningan pada tahun 2015 itu, merupakan hasil kesepakatan pada rapat koordinasi kebun raya yang berlangsung di Kebun Raya Cibodas pada bulan September 2014," ujar Maryoto, yang sedang berada di kawasan KRK, Selasa (20/1/2015).
Maryoto menyatakan, KRK yang berlokasi di bahawan lereng barat laut Gunung Ciremai, tepatnya di wilayah Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kuningan, memiliki luas lahan sekitar 155 hektare. Pada lahan KRK seluas itu, sekitar 30 persen di antaranya kini sudah ditanami sekitar 105 species (jenis) tanaman yang sudah terigistrasi serta masuk dalam buku katalog tanaman KRK.
Selain itu, puluhan hektare bagian lahan lainnya dalam kawasan KRK itu, memang sdah ditanami pula aneka jenis tanaman koleksi, tetapi belum diregistrasi dan dimasukan pada buku katalog. "Bagian lahan dalam kawasan KRK yang sampai saat ini belum ditanami tanaman koleksi KRK sesuai rencana tinggal sekitar 70 hektaran lagi. Lahan itu sementara ini baru diisi tanaman pioner," kata Maryoto.
Namun, menurut Maryoto, pihak LIPI menilai KRK sudah memenuhi syarat dibuka untuk kunjungan masyarakat. Baik untuk rekrasi, pendidikan, dan penelitian aneka jenis tanaman. Malahan, pada tahun 2012 KRK sebagai satu-satunya kebun raya daerah di Jawa Barat telah mendapat predikat sebagai kebun raya daerah terbaik tingkat nasional dari pihak LIPI yang selama ini menjadi pembina penyelenggara kebun raya daerah di Indonesia.
Maryoto menerangkan, jumlah kebun raya di Indonesia saat ini ada 27 kebun raya. Enam di antaranya kebun raya pusat, terdiri atas Kebun raya Bogor, Cibodas, Purwadadi, Eka Karya Bali, Cibening, dan Kebun Raya Wamena. "Selebihnya 21 lagi adalah kebun raya daerah, termasuk di antaranya KRK ini. Dan yang kebun raya yang sudah diluncurkan LIPI untuk publik, sampai saat ini baru ada dua kebun raya. Satu kebun raya daerah di Sulawesi Selatan dan satu lagi kebun raya daerah di Balikpapan," kata Maryoto.
Sementara itu, Bupati Kuningan Utje Choeriah Hamid Suganda, dalam eksposnya memaparkan, kawasan KRK dibagi dalam 11 zona atau area. Terdiri atas zona penerima, pendukung, pendidikan lingkungan, kantor penelitian, konservasi, rekreasi aktif, pelayanan atau service, konservasi koleksi tumbuhan, konservasi rekreasi terbatas, serta zona konservasi koleksi mix region dan prasarana.
Kebun Raya Kuningan atau disingkat KRK, sementara ini dikelola Pemkab Kuningan melalui lembaga Unit Pelaksana Teknis Dinas KRK di bawah Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Kawasan KRK itu saat ini telah diperkaya dengan berbagai jenis koleksi tanaman. Mulai dari jenis pohon tipikal lokal Kuningan, tipikal lokal Jawa Barat dan pulau Jawa, tipikal Indonesia, hingga aneka jenis pohon tipikal sejumlah negara.
Teramati "PRLM" zona-zona tersebut sementara ini sebagian besar masih sulit dijelajahi pengunjung. Selain jauh, alur-alur jalan untuk menuju ke setiap zona tersebut masih berupa jalan tanah serta alur-alur jalan setapak. Kendati demikain, kawasan KRK itu selama ini sudah banyak menarik masyarakat pengunjung. Terutama pada akhir pekan atau pada hari-hari libur nasional.(Nuryaman/A-89)***
Sumber pikiran rakyat

Monday, January 26, 2015

Mengapa Islam Gabungkan Kata Iman dan Ilmu, Ini Alasannya?

Berbahagialah bagi orang yang beriman dan terus bertambah kuat imannya dari hari ke hari dan juga senatiasa diiringi oleh penambahan ilmu, baik itu ilmu syar'i maupun kauniy. Mengapa demikian? Karena, Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat lebih tinggi seperti firman-Nya dalam Alquran surah al-Mujaadilah ayat 11: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." Subhanallah.

Namun, mengapa Allah SWT menggandengkan antara kedua kata ini, yaitu iman dan ilmu? Karena kedua kata tersebut memiliki hubungan satu sama lain yang sangat erat, di mana jika orang bertambah ilmunya maka semestinya bertambah jugalah imannya, mirisnya yang sedang banyak terjadi di zaman smartphone sekarang ini banyak orang yang berilmu tetapi iman mereka berkurang, mereka meniggalkan kewajiban mereka sebagai hamba Allah SWT terutama di poin salat lima waktu.

Sepertinya hal tersebut sudah menjadi sebuah budaya baru bagi para penuntut ilmu di zaman yang serbamodern ini, khususnya bagi negara kita Indonesia yang di mana penduduk di negeri khatulistiwa ini mayoritas memeluk agama Allah, yaitu Islam, maka sangatlah di sayangkan jika seorang penuntut ilmu tak mengerti apa yang ia dapat dan tak juga mengamalkan apa yang ia pelajari serta tak menambah keimanannya sedikit pun.

Naudzubillah semoga Allah menjauhkan diri kita semua dan seluruh umat Islam dari hal yang sangat miris tersebut. Amin.

Maka dari itu marilah kita mulai memuhasabah diri kita dari sekarang, sudahkah kita menjadi orang yang berilmu dan beriman? Mengapa? Karena kedua hal tersebut akan bermanfaat bagi diri kita di dunia maupun di akhirat nanti dan juga barang siapa yang berilmu niscaya Allah SWT dekat dengannya seperti sabda Rasulullah SAW.

"Tuntutlah ilmu,sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza Wajalla , dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sed ekah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat."

Sudahlah jelas firman dan sabda nabi-Nya, maka dari itu mari kita perbaiki iman dan ilmu kita untuk menjadi hamba Allah SWT yang dekat dan tinggi di sisi-Nya, dan akan mendapat surga Firdaus kelak di hari akhir nanti. Jadi tuntutlah ilmu mulai sekarang, kelak akan beguna bagi akhirat dan dunia kita di masa yang akan datang.

Namun tak cukup hanya dengan ilmu saja, hiasilah keilmuan dengan keimanan kepada yang Maha Esa Allah SWT dengan demikian diri dan jiwa kita akan selalu dekat dan selalu dinaungi perlindungan  Allah SWT.

Oleh: Ibrahim Ar-Rasyid Ramadhan

sumber : www.republika.co.id

Monday, January 19, 2015

Buah Kejujuran

Ar-Rabi, Maula Khalifah al-Manshur, bertutur, “Tak pernah kulihat orang yang lebih kukuh jiwanya dan lebih pemberani dari orang yang diadukan kepada khalifah bahwa ia menyimpan kekayaan Bani Umayyah. Khalifah pun menyuruhku agar menghadirkan orang itu dan aku menghadapkannya kepada beliau.”

“Sampai berita pada kami bahwa engkau menyimpan kekayaan Bani Umayyah,” ujar al-Manshur. “Keluarkanlah, serahkan, dan jangan kausembunyikan sedikit pun dari kami.”
“Ya Amiral Mukminin, apakah engkau pewaris Bani Umayyah?” jawab lelaki itu. “Bukan,” jawab khalifah.
“Apakah mereka juga berwasiat kepadamu perihal kekayaannya?” “Tidak juga.” “Lantas, apa masalah Khalifah dengan harta yang ada pada saya?” kilah orang itu.

Khalifah tersentak, lalu berpikir sejenak, dan sambil mengangkat kepala, ia berujar, “Bani Umayyah sudah menzalimi kaum Muslimin dan saya merupakan wakil mereka dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Saya ingin mengambil hak kaum Muslimin itu untuk diserahkan ke baitul mal.”

“Perlu bukti yang kuat dan adil kalau harta Bani Umayyah yang ada pada saya didapat dari hasil merampas dan menzalimi kaum Muslimin karena mereka juga punya kekayaan yang didapat bukan dari umat.”

Sang khalifah kembali tersentak, lalu mendongak, dan berucap (kepada Maulaya), “Hai ar-Rabi, saya kira orang ini benar dan jujur. A pa yang harus kita lakukan terhadapnya? Tiada sikap lain, kecuali memaafkan orang ini dari apa yang sudah dituduhkan padanya.” “Apakah engkau menginginkan sesuatu?” tanya khalifah.

“Tolong pertemukan saya dengan orang yang menuduh saya. Demi Allah, Yang tiada ilah kecuali Dia, sungguh tak ada titipan harta kekayaan Bani Umayyah kepada saya. Tetapi ketika engkau mengutarakan apa yang ada padamu, lalu bertanya dengan sesuatu yang sudah diajukan kepadaku, dan engkau menerimanya dengan jawaban yang sudah kuberikan sekarang dan sebelumnya, saya kira, saya bisa bebas dan selamat.”
  
Khalifah lalu menyahut, “Hai ar-Rabi, pertemukan lelaki ini dengan orang yang melaporkannya.” Aku pun mempertemukan keduanya.
Begitu lelaki itu melihat orang yang mengadukannya, ia pun berkata, “Oh! Ini pelayan saya, yang mencuri 3.000 dinar uang saya! Dia kabur dari saya, takut kalau saya menuntutnya, lalu melaporkan saya ke Amirul Mukminin.”

“Lalu Khalifah al-Manshur menghardik dan menakut-nakuti orang itu,” ujar ar-Rabi lebih lanjut. “Orang itu pun mengakui kalau dia merupakan pelayannya dan memang mencuri hartanya, seperti yang sudah diceritakan lelaki itu. Lantas dia membuat laporan palsu, karena takut terjadi sesuatu kepadanya.”

“Kami minta agar engkau bisa memaafkannya,” kata khalifah kepada lelaki itu. “Aku sudah memaafkannya, membebaskannya, menghibahkan uang yang 3.000 dinar itu, juga akan memberikan 3.000 dinar lagi padanya.” “Engkau masih akan memberikan tambahan juga?” tanya Khalifah.

Khalifah al-Manshur pun takjub dengan sikap lelaki itu dan setiap kali disebut perihal dirinya, s ang Khalifah selalu berujar, “Hai ar-Rabi, belum pernah saya melihat orang seperti dia!”

Rupanya, kebenaran dan kejujuran tak hanya membuahkan sikap penuh percaya diri, tapi juga bisa menyelamatkan pemiliknya dari marabahaya dan melahirkan decak kagum bagi orang lain.
Namun, hikmah yang tak kurang nilainya dari narasi ini, yaitu bagaimana seorang pemimpin harus jeli dalam menerima setiap laporan dan bisikan yang masuk, yang kadang tak steril dari berbagai kepentingan.

Lihatlah, bagaimana Khalifah Abu Ja’far al-Manshur, yang terkenal sebagai orator ulung dan luas ilmunya itu pun, sudah bertindak ceroboh gara-gara laporan palsu. Lebih fatal lagi jika tindakan keliru dan ceroboh diambil menyangkut posisi yang strategis, seperti era sekarang.
, Oleh: Makmun Nawawi

sumber : www.republika.co.id

Friday, January 09, 2015

Maulid Nabi Bukan Sekadar Seremoni

Bulan Rabiul Awal kini telah mendatangi umat Islam yang senantiasa mengisinya dengan memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. Muhammad merupakan nama Nabi Agung yang telah menyelamatkan dan menyempurnakan agama-agama yang pernah disampaikan para nabi sebelumnya dalam satu agama yang dikemas dengan nama Islam untuk dijadikan satu-satunya agama yang diterima dan diridhai Allah swt.

Muhammad artinya orang yang dipuji. Nama ini benar-benar telah menjadi nyata dan terukir dalam sejarah. Dan Allah swt mengakui dan mengumumkan kepada dunia dengan firman-Nya, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar memiliki Akhlak yang agung.” (QS al-Qalam [68]: 5)

Tujuan Allah SWT mengutus Rasulullah kepada umat manusia semuanya agar mereka menjadikan teladan dan mengikuti Nabi SAW sehingga para manusia mendapatkan berkahnya dan menjadi Muhammad-Muhammad kecil yang bertebaran di muka bumi ini. Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu dapati dalam diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan Hari Akhir serta yang banyak mengingat Allah (QS al-Ahzab [33]: 22).

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, “Katakanlah, jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, kemudian Allah pun akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun, MahaPenyayang (QS Ali Imran [3]: 32)

Dikemukakannya beberapa contoh akhlak yang mulia Sayyidina Almusthofa, Muhammad SAW, agar kita mengetahui dan mencontohnya dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari. Sejarah menjadi saksi bahwa semua kaum di Arab sepakat memberikan gelar kepada Muhammad SAW “Al-Amin”. Artinya orang yang terpercaya, padahal waktu itu beliau belum dinyatakan sebagai Nabi.

Peristiwa ini belum pernah terjadi dalam sejarah Makkah dan budaya Arab. Hal itu menjadi bukti bahwa Rasulullah memiliki sifat itu dalam kadar begitu tinggi sehingga dalam pengetahuan dan ingatan kaumnya tidak ada orang lain yang dapat dipandang menyamai dalam hal itu. Kaum Arab terkenal dengan ketajaman otak mereka dan apa-apa yang mereka pandang langka, pastilah sungguh-sungguh langka lagi istimewa.

Diriwayatkan bahwa Muhammad SAW memerintahkan supaya lalu lintas umum tidak boleh dipergunakan sehingga menimbulkan halangan atau menjadi kotor atau melemparkan benda-benda yang najis atau tidak sedap dipandang ke jalan umum atau mengotori jalan dengan cara apa pun karena semua itu perbuatan yang tidak diridhai Tuhan.

Beliau sangat memandang penting upaya agar persediaan air untuk keperluan manusia dijaga kebersihan dan kemurniannya. Umumnya, beliau melarang sesuatu benda dilemparkan ke dalam air tergenang yang mungkin akan mencemarinya dan memakai persediaan air dengan cara yang dapat menjadikannya kotor (Al-Bukhari dan Muslim, Kitabal-Barr wal-Sila)

Rasulullah mandiri dalam menerapkan keadilan dan perlakuan. Sekali peristiwa suatu perkara dihadapkan kepada beliau tatkala seorang bangsawan wanita terbukti telah melakukan pencurian. Hal itu menggemparkan karena jika hukuman yang berlaku dikenakan terhadap wanita muda usia itu, martabat suatu keluarga sangat terhormat akan jatuh dan terhina.

Banyak yang ingin mendesak Rasulullah SAW menghukumnya demi kepentingan orang yang berdosa itu, tetapi tidak mempunyai keberanian. Maka, Usama diserahi tugas melaksanakan itu. Usama menghadap Rasulullah SAW, tetapi serentak beliau mengerti maksud tugasnya tersebut. beliau pun sangat marah dan bersabda, “Kamu sebaiknya menolak. Bangsa-bangsa telah celaka karena mengistimewakan orang-orang kelas tinggi, tetapi berlaku kejam terhadap rakyat jelata. Islam tidak mengizinkan dan aku pun sekali-kali tidak akan mengizinkan. Sungguh, jika Fathimah, anak perempuanku sendiri melakukan kejahatan, aku tidak akan segan-segan menjatuhkan hukuman yang adil “ (Al-Bukhari, Kitabul-Hudud)

Oleh: Rohani
sumber : www.republika.co.id

Thursday, January 08, 2015

Tips Wisata Sekitar Alun-alun Bandung

Ada sejumlah lokasi wisata sejarah, religi, dan kuliner di sekitar kawasan Alun-alun Kota Bandung dan sekitarnya. Berikut tips dari "PR" Online.
Setidaknya ada sejumlah lokasi wisata sejarah dan religi di sekitar Jln. Asia-Afrika hingga Alun-alun Kota Bandung, yaitu gedung-gedung eks kolonial yang berjajar di sisi kiri dan kanan jalan, seperti Gedung Merdeka atau Konferensi Asia-Afrika (dahulu bernama Societeit Concordia) yang juga memiliki museum.
Lalu ada bangunan Hotel Preanger dan Hotel Savoy Homann, Gedung PLN, PT Perkebunan, Kantor Pos, dan Gedung Kantor Pusat HU "Pikiran Rakyat", dan patok 0 km di depan Kantor Bina Marga Provinsi Jabar yang menjadi permintaan Gubernur Jenderal saat itu, Herman Willem Daendels, untuk memindahkan ibu kota kab bandung dari selatan ke sekitar tempat dia mengetukkan tongkatnya.
Sedikit ke arah Utara dari Jln Asia Afrika adalah eks LP Banceuy yang kini menyisakan satu sel yang pernah dihuni mantan Presiden IR Soekarno, dan juga satu menara jaga.
Sementara di selatan adalah bangunan eks bioskop Capitol dan Pendopo Kota Bandung.
Wisata religi adalah Masjid Agung yang kini disebut Masjid Raya Bandung. Selain itu, hamparan taman di areal Alun-alun depan Masjid kini menjadi satu tujuan wisata dengan rumput sintetis dan sejumlah alat permainan bagi anak-anak.
Untuk wisata kuliner, aneka jenis makanan bisa ditemui di penggalan jalan Asia Afrika yang dahulu adalah Jalan Raya Pos. Mulai dari bubur, sate, mie baso, sekoteng, tahu gejrot, hingga makanan laut bisa ditemukan.
Mulai dari ujung Jalan Asia-Afrika, selepas Simpang Lima ada warung tenda yang menyajikan sate dan gule, dekat eks Gedung Singer. Lalu di depan kantor "PR" ada pilihan menu bubur, sekoteng, mi baso, nasi goreng.
Beringsut ke sektiar Gedung Merdeka, sejumlah pedagang tahu gejrot dengan pikulan khas siap memanjakan lidah. Sedangkan ke utara sedikti ada warung nasi rames Ceu Mar dengan aneka pilihan menu 'self service' alias nyandak nyalira teras mayar.
Berjalan beberapa meter ke barat, di sepanjang depan eks Kantor PT Perkebunan, Jln. CIkapundung Barat, adalah jejeran warung tenda yang menyajikan aneka makanan laut (sea food), nasi dan mi goreng/rebus, hingga aneka soto, sate, dan gule. Selamat berwisata. (Dikdo M.)***

Sumber pikiran-rakyat.com

Wednesday, January 07, 2015

Ini Lima Keutamaan Bershalawat Nabi

Salah satu refleksi dari kecintaan seseorang kepada Baginda Nabi Muhammad SAW adalah membaca shalawat untuknya. Hal ini dipertegas dalam Alquran surah al-Ahzab [33] ayat 56.

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."

Bershalawat artinya, jika datang dari Allah berarti pemberian rahmat, dari malaikat berarti memintakan ampunan, dan jika dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat.

Membaca shalawat, selain sebagai perintah secara langsung dari Allah SWT—yang Dia dan para malaikat mencontohkannya—juga memiliki banyak keutamaan yang akan didapat oleh orang-orang yang mengamalkannya.

Pertama, dikabulkan doanya. Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah seorang di antara kamu membaca shalawat, hendaklah dimulai dengan mengagungkan Allah Azza wa Jalla dan memuji-Nya. Setelah itu, bacalah shalawat kepada Nabi. Dan setelah itu, barulah berdoa dengan doa yang dikehendaki." (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).

Dalam hadis yang lain, "Setiap doa akan terhalang (untuk dikabulkan) hingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya." (HR Thabrani).

Kedua, dijanjikan pahala berlipat. Rasuullah SAW bersabda, "Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali." (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).

Ketiga, diangkat derajatnya. Pada suatu pagi Rasulullah tampak bahagia seperti terlihat dari kecerahan wajahnya. Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pagi ini Engkau tampak bahagia seperti terlihat dari kecerahan wajahmu." Beliau bersabda, "Memang benar. Semalam aku ditemui oleh seorang utusan Tuhanku Yang Mahaagung. Dia berkata, 'Barang siapa di antara umatmu yang bershalawat kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuska n dari dirinya sepuluh keburukan, meninggikannya sebanyak sepuluh der ajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula'." (HR Ahmad).

Keempat, dikumpulkan di surga bersama Nabi. Rasulullah SAW bersabda, "Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku." (HR Tirmidzi).

Kelima, mendapatkan syafaat Nabi. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya orang yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Lalu, mintalah kepada Allah wasilah untukku karena wasilah adalah sebuat tempat di surga yang tidak akan dikaruniakan, melainkan kepada salah satu hamba Allah. Dan, aku berharap bahwa akulah hamba tersebut. Barang siapa memohon untukku wasilah, maka ia akan meraih syafaat." (HR Muslim).

Semoga Allah meringankan lisan kita untuk selalu membaca shalawat kepada Nabi SAW dan meraih keutamaannya. Amin!

Oleh: Imam Nur Suharno  
sumber : www.republika.co.id

Monday, January 05, 2015

Rasulullah Resah Melihat Awan atau Angin, Mengapa?

 Dalam beberapa pekan terakhir, negeri kita dilanda bencana bertubi-tubi. Belum habis duka saat longsor memakan korban 93 orang di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, pada 12 Desember lalu.

Kini, duka itu kian bertambah saat pesawat Air Asia QZ8501 menghilang. Ada 155 orang di pesawat yang belum jelas nasibnya. Pencarian pun dilakukan dengan kekuatan penuh. Negara-negara sahabat ikut berembuk mencari lokasi di mana pesawat nahas itu berada. 

Dalam berinteraksi dengan bencana, Islam mengajarkan penganutnya untuk bersabar dan mengambil pelajaran atas kejadian tersebut. Tidak ada suatu kejadian di dunia terjadi secara kebetulan. Semua atas izin Allah dan menyimpan banyak hikmah. Semakin orang memahami hikmah di balik kejadian itu, ia akan semakin lapang hati menerimanya.

“Allah Menganugerahkan hikmah kepada siapa yang ia kehendaki. Dan barang siapa dianugerahi hikmah itu, ia benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Dan, hanya orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.” (QS al-Baqarah [2]: 269)

Kesadaran kepada kekuasaan Allah merupakan pelajaran terpenting dari bencana alam. Semesta dan isinya tunduk kepada perintah Allah. Manusia, jin, hewan, gunung, air, bumi, dan semua ciptaanya berada dalam genggaman-Nya.

Bila Allah berkehendak, tidak ada yang dapat mencegah gunung yang kokoh itu meletus, air yang turun dari langit kemudian mengalir membentuk banjir, dan tanah tiba-tiba longsor memakan korban. Capaian Kecerdasan manusia dengan segala peralatan super canggih tak mampu untuk membendung kuasa Allah.

Orang beriman melihat bencana dari segi metafisika, yaitu keinginan tersirat Sang Pencipta di belakang bencana. Sikap yang patut diambil orang mukmin terhadap bencana alam yang menimpa saudara kita, yakni rasa takut bencana-bencana itu akan menimpa kita. Sebagaimana bencana melanda daerah mereka, kawasan kita juga sangat mungkin untuk ditimpa.

Dari Sayyidina Aisyah Ra bercerita bahwa Wajah Rasulullah  SAW berubah ketika melihat awan atau angin. Maka Sayyidina Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, saya melihat manusia gembira ketika melihat awan karena mereka mengharap turunnya hujan dan saya tampak wajah engkau resah melihatnya.”

Kemudian Rasulullah berkata, “Wahai Aisyah, apa yang membuat saya aman bahwa dalam awan/ angin itu tidak ada azab? Telah disiksa suatu kaum dengan angin dan  kaum lain ketika melihat awan-azab berkata, ‘Awan ini datang untuk memberi hujan kepada kita’.” (HR Abu Daud)

Kedua, mencegah kemungkaran. Sebagian orang terkadang mementingkan kesalehan pribadinya. Ia tidak tergerak untuk mencegah kemungkaran yang tersebar di sekelilingnya. Kemungkaran yang dibiarkan bisa menyebabkan turunnya siksa dari Allah.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya manusia apabila melihat kezaliman dan tidak berusaha untuk mencegahnya maka dihawatirkan Allah akan meratakan azabnya.” (HR Abu Daud). Berikutnya, bertobat dari segala dosa. Karena tobat dapat menolak bencana. Allah berfirman “Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah pula akan menghukum mereka, sedangkan mereka masih memohon ampunan.” (QS al-Anfal [8]: 33).
Oleh: Imam Sadli

sumber : www.republika.co.id

Thursday, January 01, 2015

Dua Nikmat yang Diabaikan Manusia

Salah satu karunia Allah SWT yang sering diabaikan dan dilalaikan oleh manusia dalam kehidupan ini adalah nikmat kesehatan. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW: “Ada dua nikmat yang sering kali dilalaikan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan kesempatan.”

Padahal, kesehatan merupakan mahkota yang tidak dapat dirasakan kecuali bagi mereka yang sakit. Dr Husain Haikal dalam kitabnya, Hayatu Muhammad, menjelaskan, Nabi Muhammad SAW selama hayatnya yaitu 63 tahun hanya dua kali mengalami sakit, yakni ketika beliau kembali dari ziarah makam pahlawan di Baqi’, ketika susah tidur dan demam panas beberapa hari sebelum wafatnya. Lalu timbul pertanyaan, mengapa Nabi Muhammad selalu sehat? Pertama, beliau senantiasa bangun subuh.

Sepanjang catatan sejarah hidupnya selama 23 tahun beliau jadi Nabi, hanya satu kali saja beliau tidak bangun waktu subuh. Hal itu disebabkan mungkin beliau terlalu letih dalam perjalanan dakwahnya dan tidur sesudah larut malam. Nabi Muhammad SAW senantiasa bangun waktu “subuh”, dan waktu subuh tentu tidak sama dengan waktu “pagi”.

Waktu pagi adalah waktu setelah matahari terbit, kira-kira jam 07.00, sedangkan waktu subuh ialah setelah fajar menyingsing dan sebelum matahari terbit, sebagaimana disebutkan Alquran surah Takwir ayat 18. Artinya: “Demi waktu subuh di kala fajar merekah.”

Sumpah Allah dengan waktu itu adalah untuk menarik perhatian manusia, khususnya manusia yang beriman kepada-Nya akan pentingnya waktu itu bagi kesehatan fisik dan mental. Udara subuh memang sangat segar dan banyak mengandung zat asam yang sangat diperlukan buat pernapasan manusia.

Tidak heran orang-orang yang suka bangun subuh dan selalu menghirup udara subuh sukar dihinggapi penyakit paru-paru. Pernapasannya teratur dan paru-parunya menjadi kuat. Bangun subuh tidak saja besar artinya bagi kesehatan jasmani, tetapi juga bagi kesehatan rohani kita.

Faktor kedua beliau selalu menjaga kebersihan. Sejak kecil Rasulullah menyukai kebersihan meskipun negerinya kekurangan air. Dan ketika diangkat menjadi rasul, makin besar perhatiannya pada kebersihan. Beliau bersabda: “Kebersihan itu adalah sebagian daripada iman.” Maka, siapa yang tidak suka menjaga kebersihan, ternodalah sebagian imannya.

Adapun faktor ketiga yang menyebabkan Rasulullah SAW senantiasa sehat adalah karena beliau selalu makan secukupnya. Rasulullah SAW bersabda: “Kami adalah kaum yang tak pernah makan sebelum lapar, dan bila kami makan tidak pernah sampai kenyang.” Makan memang merupakan salah satu syarat untuk hidup, bila kita tidak makan pada waktunya, maka zat-zat pembakar dalam tubuh kekurangan bahan bakar yang mengakibatkan pembakaran tidak terjadi. Bila pembakaran tidak terjadi, panas badan berkurang dan darah tidak bisa teratur lagi.

Maka, makan diperlukan untuk hidup, tetapi manusia hidup bukan untuk makan. Manusia yang hidup hanya untuk makan merosot nilainya menjadi hewan. Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh salah seorang sahabat Rasulullah SAW sekaligus menantu beliau, yakni ‘Ali bin Abi Thalib: “Orang yang hidup hanya untuk mengisi perutnya, nilainya sama dengan apa yang keluar dari perutnya.”

Faktor terakhir karena beliau banyak berjalan kaki. Dalam berdakwah dari satu tempat ke tempat lain, Rasulullah senantiasa berjalan kaki mengingat keadaan saat itu belum ada kendaraan seperti sekarang ini. Para ahli kesehatan menyatakan bahwa berjalan kaki adalah suatu cara gerak badan yang sangat penting dan menyehatkan. Dengan jalan kaki, pernapasan lebih teratur, urat-urat akan selalu tergerakkan, paru-paru akan menjadi kuat, dan darah menjadi bersih.

Oleh: Hasanuddin QH 
 sumber : www.republika.co.id