-

Thursday, October 30, 2014

Khusyuk

Ada yang tidak biasa pada suatu sore di Madinah ketika Rasulullah SAW dan para sahabat usai melaksanakan shalat Ashar berjamaah.

Setelah mengucapkan salam dalam shalatnya, tiba-tiba Rasulullah SAW bangkit melangkahi leher (barisan) para sahabat dengan tergesa-gesa menuju kamar salah seorang istrinya.

Semua sahabat tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Rasulullah SAW. Sikap Rasulullah SAW yang tergesa-gesa itu membuat para sahabat terkejut dan diliputi rasa takut.

Biasanya, bila Rasulullah SAW berjalan usai shalat menuju rumah kamar seorang istrinya, Nabi SAW berjalan pelan-pelan sambil menunduk. Namun, kali ini Rasulullah SAW berjalan dengan tergesa-gesa.

Setelah keluar dan melihat para sahabatnya itu terkejut, Rasulullah SAW pun menenangkan para sahabat. Beliau memberitahukan hal ihwal yang membuatnya tergesa-gesa seraya bersabda, “Aku ingat sepotong emas dan aku tidak ingin hal itu menahanku (menggangguku dan membuyarkan konsentrasiku dalam tawajuh (menghadap) kepada Allah SWT) maka aku menyuruh untuk membagi-bagikannya.''

Sepenggal kisah di atas memberikan pelajaran yang sangat penting kepada kita berkaitan dengan cara membuat diri kita khusyuk ketika bertawajuh (menghadap) Allah. Yakni, dengan cara membebaskan diri dari semua kesibukan hati yang membuat diri kita lupa kepada Allah SWT.

Khusyuk adalah kosongnya hati dari hal-hal yang melalaikan dari ingat kepada Allah SWT. Tegasnya, hati dan pikiran kita terfokus hanya kepada Allah SWT, tidak kepada selain-Nya.

Kekhusyukan merupakan bagian penting yang harus kita raih dalam hidup ini dan kita realisasikan ketika kita menghadap kepada Allah, terutama saat kita shalat dan berzikir.

Kekhusyukan merupakan manifestasi tertinggi dari sehatnya hati dan landasan utama tegaknya shalat dan zikir. Ketika seseorang memiliki kekhusyukan maka ia akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Alquran surah al-Ahzab (33) ayat 35.

Sesungguhnya, laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.''

Untuk itu, sebelum kita menghadap (tawajuh) kepada Allah SWT, selesaikan terlebih dahulu urusan-urusan yang kiranya dapat mengganggu konsentrasi kita. Buang hal-hal yang dapat membuyarkan konsentrasi kita ketika akan bertawajuh (menghadap) kepada Allah SWT.

Selain itu, senantiasa berdoa kepada Allah agar kita terhindar dari hati yang tidak khusyuk dan bisa meraih kekhusukan sebagaimana doa yang telah diajarkan Rasulullah SAW kepada kita, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR Muslim).

,Oleh: Moch Hisyam
sumber : www.republika.co.id

Wednesday, October 29, 2014

Sifat Serakah

Alkisah, suatu hari Nabi Isa As dan seorang sahabatnya berjalan di tepi sungai dan mereka memakan tiga potong roti. Satu potong untuk Nabi Isa, satu potong untuk orang itu, sisa satu potong lagi disimpan. Ketika Nabi Isa pergi minum ke sungai dan kembali, sepotong roti yang tersisa sudah tidak ada. Beliau bertanya, “Siapakah yang telah mengambil sepotong roti sisanya?” Sahabatnya itu menjawab, “Aku tidak tahu.”

Tiba-tiba mereka melihat rusa dan kedua anaknya. Dipanggillah salah satu dari anak rusa itu, lalu disembelih dan dibakar. Kemudian dimakan berdua, lalu Nabi Isa As menyuruh anak rusa yang telah dimakan itu supaya hidup kembali. Hiduplah ia seizin Allah. Kemudian Nabi Isa bertanya, “Demi Allah, yang memperlihatkan kepadamu bukti kekuasaan-Nya, siapakah yang telah mengambil sepotong roti itu?” Jawab sahabatnya, “Aku tidak tahu.”

Kemudian mereka berjalan sampai berada di hutan dan mereka sedang duduk, Nabi Isa mengambil tanah dan kerikil dan berkata, “Jadilah emas dengan izin Allah.” Tiba -tiba tanah dan kerikil itu berubah menjadi emas dan dibagi jadi tiga bagian. Beliau berkata, “Untukku sepertiga, sepertiga ini untukmu, sedangkan sepertiga sisanya ini untuk orang yang mengambil roti.” Sontak sahabat itu menjawab, “Akulah yang mengambil roti itu.”

Nabi Isa berkata, “Ambillah semua bagian ini untukmu.” Lalu, keduanya berpisah. Orang tersebut didatangi dua orang perampok dan akan membunuhnya. Orang itu bernegosiasi, “Lebih baik kita bagi tiga saja.” Kedua perampok itu setuju, lalu menyuruh salah seorang di antara mereka pergi ke pasar untuk berbelanja makanan. Maka timbullah perasaan orang yang berbelanja itu dan berkata di dalam hatinya, “Untuk apa kita membagi harta itu, lebih baik makanan ini aku bubuhi racun saja biar keduanya mati, dan aku ambil semua harta itu.” Lalu, makanan itu diberinya racun.

Sedangkan, orang yang menunggu di tempat tersebut berkata, “Untuk apa kita membagi harta ini, lebih baik jika ia datang, kita bunuh saja. Lalu, harta ini kita bagi dua saja.” Saat orang yang berbelanja telah pulang, segera dibunuh oleh keduanya, hartanya dibagi dua bagian. Keduanya pun makan dari makanan yang telah diberi racun. Tinggallah harta itu di hutan, sedangkan matilah mereka di sekitar harta itu.

Nabi Isa berjalan di hutan dan melihat kejadian tersebut. Maka, ia pun berkata kepada sahabat-sahabatnya yang lain, “Inilah contoh dunia maka berhati-hatilah kamu kepadanya.” 

Begitulah betapa manusia yang sudah diliputi jiwa serakah bisa mengorbankan siapa pun yang dianggap jadi penghalang nafsunya. Penyakit keserakahan terjadi pada setiap generasi, termasuk pada umat Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya salah satu yang aku takutkan atasmu semua sepeninggalku nanti ialah apa yang akan dibukakan untukmu semua itu dari keindahan harta dunia serta hiasan-hiasannya, yakni bahwa meluapnya kekayaan pada umat Muhammad inilah yang amat ditakutkan sebab dapat merusakkan agama jikalau tidak waspada mengendalikannya (HR Bukhari-Muslim).

Kekhawatiran Rasulullah SAW justru pada rusaknya sikap beragama karena sifat rakus, terjebak pada kecintaan berlebihan pada dunia. Keserakahan biasanya identik sifat kikir. Dalam Alquran surah at-Taghobun ayat 16, Allah memuji orang yang bermurah hati, tidak kikir. “Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang yang beruntung.” Wallahu’alam.


Oleh: Dadang Kahmad

 sumber : www.republika.co.id

Monday, October 27, 2014

Ketegaran Hajar

Alkisah, pada masa dinasti Firaun ditemukan seorang gadis berkulit hitam. Setelah diidentifikasi secara teliti, dia ternyata seorang putri keturunan raja Maghribi. Sebuah kerajaan kecil di Ethiopia. Kerajaan kecil ini terkenal berani menentang dinasti Firaun yang jauh lebih besar.

Suatu ketika dinasti Firaun memerangi orang-orang yang menentangnya. Semua orang yang tertangkap dibunuh secara sadis. Begitu pula Dzul’arsy, ayah gadis berkulit hitam tersebut. Maka, jadilah dia sebatang kara.

Dengan begitu, gadis berkulit hitam yang kelak dinamai Hajar itu terpaksa hidup sebagai tawanan dinasti Firaun. Dari hari ke hari pelbagai perlakuan tidak manusiawi kepada para tawanan disaksikannya dan dirasakannnya.

Bahkan, sebagian dari tawanan lainnya bernasib lebih buruk dari Hajar. Mereka tidak sedikit yang dijadikan budak seks dinasti Firaun. Suatu ketika, dia bersama gadis berkulit hitam lainnya menjadi budak raja Qibti bernama ‘Amr bin ‘Amru’ al-Qais bin Mailun.

Kendati saat itu Hajar belum dewasa, sebagai putri keturunan raja yang menentang kezaliman dia sudah dapat membedakan yang benar dan salah. Maka, dia pun tumbuh menjadi gadis cerdas.

Singkat cerita, jalan hidup Hajar berubah drastis setelah dipertemukan dengan Sarah dan Ibrahim AS. Oleh pasangan suami-istri ini, Hajar diposisikan sebagai budak dan kemudian diboyong dari Mesir ke Palestina.

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun seakan-akan berlalu begitu cepat. Sarah dan Ibrahim pun semakin tua, sedangkan Hajar tumbuh menjadi gadis dewasa.

Di Palestina, Sarah dan Ibrahim sangat kesepian dan mendambakan keturunan. Namun, Sarah yang saat itu sudah berusia 70-an tahun diketahui mandul dan Ibrahim saat itu sudah hampir berusia 80-an tahun. Sarah berkesimpulan, tidak mungkin keluarga ini mendapat keturunan dari rahimnya.

Dengan begitu, akhirnya Sarah menyarankan Ibrahim untuk menikahi Hajar. Semula Ibrahim menolak demi menjaga perasaan Sarah. Namun, Sarah “memaksa” Ibrahim. Maka, Ibrahim pun “terpaksa” menuruti saran Sarah yang sangat dicintainya.

Atas izin Allah, Hajar pun hamil. Lalu, melahirkan seorang putra bernama Ismail AS. Sarah ikut senang dengan kelahiran Ismail ini. Namun, kecemburuan pun tak terhindarkan. Sehingga, dia meminta suaminya untuk memisahkan dirinya dan Hajar ke negeri yang jauh.

Atas petunjuk Allah SWT, Ibrahim mengungsikan Hajar dan putranya ke suatu lembah yang jauh, yaitu ke Bakkah dengan sedikit perbekalan. Lalu, Ibrahim pun meninggalkan mereka.

Seiring menipisnya persediaan perbekalan, Hajar harus bekerja keras menutupi keperluan hidupnya dengan mencari air ke sana ke mari. Hingga akhirnya, dia berhasil.
Kerja keras Hajar inilah yang kini diabadikan dalam sai. Ketegaran Hajar menjadi inspirasi bagi kita dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.



sumber : www.republika.co.id
Oleh: Mahmud Yunus

Friday, October 24, 2014

Takwa Sosial

Alkisah ketika mengajarkan surah al-Ma’uun dan meminta para santri mengulang-ulang surah tersebut, Kiai Ahmad Dahlan ditanya perihal mengapa surat itu saja yang dibaca dan diulang. Mendengar pertanyaan itu, Kiai Dahlan balik bertanya, “Apakah kalian sudah paham surat ini? Apakah kalian sudah mempraktikkannya?”

Dahlan lantas meminta murid-muridnya untuk mencari orang paling miskin yang bisa ditemui di masyarakat, kemudian memandikannya dan menyuapinya. Kisah ini mengajarkan bahwa Alquran tidak hanya dibaca untuk penghias kesalehan pribadi, tapi juga dipraktikan dalam amal sosial.

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, surah al-Ma’un ini berbicara mengenai keharusan adanya kaitan antara amal ritual dan amal sosial dalam beragama. Jika ditelisik lebih jauh, Alquran lebih banyak menekankan amal sosial daripada amal ritual.

Pertama, kalau kita kembali kepada ciri-ciri orang mukmin atau orang bertakwa maka ditemukan di situ ibadah ritualnya satu, tetapi ibadah sosialnya banyak. Misalnya, berbahagialah orang-orang yang beriman yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya (dimensi ritual); yang mengeluarkan zakat (dimensi sosial); orang yang berpaling dari hal-hal yang tidak bermanfaat (dimensi sosial); dan mereka yang memelihara kehormatannya kecuali kepada istrinya (dimensi sosial).

Anehnya kita sering mengukur orang takwa dari ritualnya ketimbang sosialnya. Kedua, kalau ibadah itu ibadah ritual dan kebetulan pekerjaan itu bersamaan dengan pekerjaan yang lain yang mengandung dimensi sosial, kita diberi pelajaran mendahulukan yang sosial. Misalnya, Nabi SAW pernah melarang membaca surah yang panjang-panjang di dalam shalat berjamaah. Nabi pernah memperpanjang waktu sujudnya hanya karena di pundaknya ada cucunya di situ. Dalam sebuah riwayat, bahkan hal tersebut dilakukan ketika nabi sedang shalat sunah.

Ketiga, kalau ibadah ritual kita bercacat, kita dianjurkan untuk berbuat sesuatu yang bersifat sosial. Misalnya, ritual puasa.

Oleh: Abdul Aziz

sumber : www.republika.co.id

Thursday, October 23, 2014

Napas Waktu Subuh

Dalam Alquran Allah SWT sering bersumpah dengan waktu, dari waktu fajar (subuh), dhuha, siang hari, sore, dan senja (ashar), hingga malam hari. Menurut para pakar tafsir, setiap benda atau sesuatu yang dijadikan objek sumpah oleh Allah terkandung di dalamnya dua makna.

Pertama, menunjukkan sesuatu itu penting atau terkandung kebaikan di dalamnya. Kedua, ia menjadi tanda atau penunjuk jalan bagi kekuasaan dan kebesaran Allah SWT yang mesti dipahami.

Dalam surah at-Takwir, Allah bersumpah dengan waktu subuh. “Dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (QS at-Takwir [81]: 18). Sumpah ini menarik. Dalam Alquran tidak ada benda tidak bernyawa dinyatakan “bernapas” (hidup), kecuali waktu subuh. Apa maknanya?

Mutawalli Sya’rawi memahami ayat ini sebagai tasybih, yakni analogi kedatangan agama Islam dengan waktu subuh. Subuh merupakan permulaan hari ketika cahaya [fajar] mulai bersinar. Subuh juga menyemburkan udara segar yang sangat berguna bagi kesehatan manusia.

Seperti waktu subuh, kedatangan agama Islam memulai kehidupan baru, menyibak kegelapan kelam jahiliyah. Dengan Islam, kehidupan bisa dimulai kembali dan manusia bisa bernapas lega dengan bimbingan dan petunjuk Alquran.

Karena bercahaya dan mengeluarkan udara segar, waktu subuh dipandang sebagai makhluk hidup, bernapas (bernyawa).
Kalau pada malam hari pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan mengeluarkan racun (karbon dioksida), saat subuh (pagi hari), pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan mengeluarkan oksigen alias udara pagi yang bersih dan sejuk.

Napas waktu subuh itu berkah bagi manusia. Nabi Muhammad SAW pernah berdoa, “Allahumma barik li-ummati fi bukuriha” (Ya, Allah berikan keberkahan bagi umatku pada permulaan harinya.) (HR Abu Daud dan Thirmidzi).

Keberkahan waktu subuh itu berdimensi fisik dan nonfisik (spiritual). Dari sisi spiritual, dua rakaat shalat (sunah) fajar disebut oleh Nabi SAW, “lebih baik dari dunia dan segala isinya.” (HR Muslim).

Orang-orang terbaik dari generasi sahabat dan tabi’in (al-salaf al-shalih) tidak pernah tidur lagi setelah melakukan shalat Subuh. Mereka berzikir dan membaca wirid-wirid hingga matahari terbit. Tak lama setelah itu, mereka melaksanakan shalat Dhuha, kemudian mereka memulai kerja dan aktivitas.

Dari sisi fisik (duniawi), keberkahan (napas) waktu subuh itu dikaitkan dengan kesehatan, kemajuan ekonomi, dan kesuksesan dalam hidup. Rasulullah SAW pernah mengingatkan Fatimah al-Zahra, putrinya, agar tidak tidur lagi setelah shalat Subuh. (HR Baihaqi).

Pada kesempatan lain, Rasul juga mengingatkannya agar bangun pagi dan giat mencari rezeki. Sebagaimana sabdanya, “Bangunlah pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhan-kebutuhanmu. Sesungguhnya, pada pagi hari terdapat berkah dan keberuntungan.” (HR Thabrani dan Al-Bazzar).

Dalam banyak penelitian diketahui, orang yang rajin bangun pagi, beribadah, dan berolahraga, ia lebih sehat (bugar), lebih produktif, dan memiliki peluang lebih besar meraih kesuksesan.

Bagi orang-orang yang tinggal di perkotaan, keberkahan waktu subuh itu sangat nyata. Tidak bangun pagi, berarti petaka. Telat pergi ke kantor, stres di jalan karena macet, dan banyak energi terbuang percuma. Wallahu a’lam.

Oleh: A Ilyas Ismail

sumber : www.republika.co.id

Monday, October 20, 2014

Lembur Salawe Hanya Dihuni 25 Kepala Keluarga

CIAMIS, (PRLM).- Dari sekian banyak tempat di Tatar Galuh, ada satu wilayah yang sejak jaman dulu hingga saat ini masih kental dengan tradisinya yakni Lembur Salawe. Terletak di Dusun Tunggarahayu, Desa/Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis. Sesuai namanya, di wilayah yang lokasinya tidak jauh dari aliran Sungai Citanduy itu hanya dihuni 25 tugu atau kepala keluarga.
Lokasi tersebut berada di sisi jalur alternatif Ciamis - Kota Banjar, lewat Kkecamatan Cimaragas. Berjarak sekitar 400 meter dari Situs Sang Hyang Maharaja Cipta Permana Prabudigaluh Slawe. Situs yang juga menyimpan sebanyak 25 petilasan itu cukup asri karena banyak terdapat pohon besar.
"Sejak jaman nenek moyang sampai sekarang di lembur Salawe hanya dihuni 25 tugu atau kepala rumah tangga. Jumlah rumah juga hanya 25, akan tetapi sekarang sudah bertambah," tutur Juru Pelihara Situs Sang Hyang Maharaja Cipta Permana Prabudigaluh Salawe, Iswanto Tirtawijaya (25).
Didampingi Jagabaya Tanto Herdianto (34), saat ditemui di Pos Kamling masuk Lembur Salawe, dia mengungkapkan, apabila ada keturunan tugu hendak membangun rumah baru, maka harus di luar lembur Salawe.
"Pada intinya jumlah tugu tidak pernah kurang atau bertambah, tetap 25," katanya.
Seiring dengan perkembangan jaman, lanjutnya rumah tradisional yang sebelumnya berupa rumah panggung, saat ini sudah banyak yang diganti dengan rumah semi permanen. Meskipun demikian, tutur Iswanto, banyak warga yang kembali menginginkan membangun rumah tradisional.
"Tidak hanya bentuk rumah panggung, beberapa bagian ruangan dalam rumah juga ada bagian-bagiannya. Misalnya kamar, dapur, tempat menimpan hasil panen dan lainnya," jelasnya.
Kedua pemuda yang mengenakan pakaian pangsi dengan iket di kepalanya, menambahkan perkembangan jaman tidak mengurangi atau melunturkan warga Salawe mempertahankan tradisi. Misalnya Masalain atau Ngikis yang digelar menjelang bulan puasa.
Sebelum panen, warga juga melakukan ritus berdoa agar hasil panen mendatang melimpah serta bebas dari serangan hama.
"Sampai sekarang tradisi Masalin dan ritus menjelang panen masih kami pertahankan. Banyak nilai yang terkandung dalam keguatan tersebut, tidak hanya yang tersurat atau yang tampak saja, akan tetapi juga makna yang tersirat," katanya.
Keduanya juga mengaku minimnya perhatian Pemerintah Kabupaten Ciamis terhadap keberadaan Lembur Salawe.Ppadahal, lembur Salawe berikut situs yang ada di tempat tersebut merupakan kekayaan budaya nasional. (nurhandoko wiyoso-"PR"/A-88)
Sumber http://www.pikiran-rakyat.com/node/300969

Wednesday, October 15, 2014

Wisata Alam Citumang Tawarkan Sensasi Berbeda

Kini, Objek Wisata Alam Citumang, di Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, telah menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi turis. Khususnya bagi mereka yang ingin mencari sensasi tempat wisata berbeda di Pangandaran.
Selama ini, pengujung yang datang ke Pangandaran mayoritas hanya menghabiskan waktu di Pantai Pangandaran, Pantai Batukaras, atau Green Canyon. Tetapi, dengan kehadiran Citumang itu menjadi daya tarik tersendiri.
Dikatakan Maman Sukirman, selaku Petugas Pengelola Objek Wisata Alam Citumang saat ini pengunjung yang datang ke tempat itu rata-rata dapat mencapai 100 orang pada hari biasa. Tetapi, memasuki hari libur atau libur panjang dapat mencapai lebih dari 300 orang.
"Citumang telah menjadi tujuan wajibnya wisatawan ke Pangandaran. Kebanyakan mereka datang ke sini, karena sudah jenuh atau ingin mencari suasana baru dari Pantai Pangandaran," ujarnya, Selasa (7/10/2014).
Maman menjelaskan, Citumang memang memiliki keunikan tersendiri. Sebab, aliran sungainya berwarna hijau kebiruan. Kemudian ada gua berukuran besar serta air terjun. Lalu ada gua di balik air terjunnya.
Pengunjung pun dapat melakukan aktifitas body rafting di sana. Dengan waktu hampir mencapai dua hingga tiga jam.
Selain body rafting, kini pengelola pun terus berbenah tempat tersebut. Yakni dengan membuat kolam buatan berukuran kecil.
"Body rafting hanya dapat dilakukan oleh remaja dan dewasa. Namun, banyak juga anak-anak kecil yang ingin merasakan sensasi di sini. Untuk itu kami membuatkan kolam kecil," jelasnya.
Lokasi kolam kecil untuk anak-anak kini sedang dibuat dekat dengan kali Citumang. Dan, airnya pun tetap dari aliran Citumang.
Sumber pikiran-rakyat.com

Monday, October 13, 2014

Kesenian Reak Selalu Tampil dengan Keunikan

Atraksi kesenian reak tidak selalu harus ditampilkan dalam bentuk helaran atau pawai lengkap dengan seperangkat alat kesenian berikut pengeras suara. Seperti kesenian pada umumnya reak dengan bengberokan dan kuda lumping juga dapat ditampilkan di atas panggung dengan dikemas serta sentuhan lebih menarik.
Hal ini dipertunjukan oleh 12 grup kesenian tradisional reak dari Kota
Bandung dan sebagian Kabupaten Bandung serta Sumedang, pada pergelaran
bertajuk “Gebyar Seni Tradisional Reak Sa-Bandung Timur”, Minggu
(12/10) di Lapangan Kampung Jati RT 03 RW 06 Kel. Pasir Biru,
keseniaKec. Cibiru Kota Bandung.
“Sebenarnya ada sekitar 40 grup reak di daerah Bandung timur Kota Bandung dan tidak kurang dari 20 grup sekitar perbatasan Kota Bandung seperti Cileunyi, Rancaekek dan Jatinangor, tapi karena keterbatasan waktu dan anggaran untuk saat ini kami hanya mampu mengundang 12 grup saja,” ujar tokoh kesenian reak Cibiru, Abah Enjum.
Kesenian reak yang ditampilkan menunjukan keunikan yang dimiliki
masing-masing kelompok atau grup reak. Seperti Reak Sadulur yang mampu
mengeluarkan kain dari dalam buah kelapa, kelompok saluyu yang mampu
menjadikan penonton bagian dari mereka turut kerasukan dan bermain,
serta lainnya. (Retno Heriyanto/A-147)***
pikiran-rakyat.com

Thursday, October 09, 2014

Taat Pada Suami

Seorang lelaki datang menghampiri Rasulullah SAW. Sekonyong-konyong, Muadz, nama lelaki itu, menghampiri kaki Baginda Nabi Muhammad dan bersujud di hadapannya. 

Maka, Rasulullah pun menegur Muadz. “Apa yang kau lakukan ini, wahai Muadz?” Dia lantas menjawab, “Aku mendatangi Syam, aku dapati mereka (penduduknya) sujud kepada uskup mereka. Maka aku berkeinginan dalam hatiku untuk melakukannya kepadamu, wahai Rasulullah.”

Rasulullah SAW pun melarang Muadz. “Jangan engkau lakukan hal itu karena sungguh andai aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada selain Allah, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya. Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang istri tidaklah menunaikan hak Rabb-nya sampai ia menunaikan hak suaminya. Seandainya suaminya meminta dirinya dalam keadaan ia berada di atas pelana (hewan tunggangan) maka ia tidak boleh menolaknya.”

Hadis yang diriwayatkan dari sahih Ibnu Majah dan sahih Ibnu Hibban dari Abdullah Ibnu Abi Auf RA tersebut menggambarkan betapa seorang istri harus taat kepada suami. Islam meninggikan kedudukan seorang suami sebagai imam sehingga istri harus patuh.

Ketaatan seorang istri kepada suami merupakan bagian penting yang harus diperhatikan oleh seorang istri. Ketaatan kepada suami menunujukkan kesalehan seorang istri. Hal ini dapat kita pahami dari firman Allah SWT yang termaktub dalam Alquran surah an-Nisa (4) ayat 34.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” 

“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian, jika mereka menaatimu maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.”

Ketika seorang istri taat dan patuh kepada suaminya, akan menjadi sebab bagi sang istri mendapatkan surga. Sebaliknya, pembangkangan seorang istri terhadap suaminya akan berakibat mendapatkan laknat Allah dan di akhirat masuk neraka.

Dalam saahih Ibnu Abi Hatim dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.”

Dalam hadis lain, “Jika seorang suami mengajak istrinya berhubungan dan istri menolak, lalu suami marah kepadanya sepanjang malam, para malaikat melaknat istri itu sampai pagi.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, bisa dikatakan, bila surganya anak itu terletak pada telapak kaki (keridaan) ibu, surganya istri itu terletak pada telapak kaki (keridaan) suami. Dari Ummu Salamah ra. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Wanita (istri) mana saja yang meninggal dalam keadaan suaminya ridoa kepadanya niscaya ia akan masuk surga.”(HR Tirmidzi)

Untuk itu, seorang istri yang ingin dimasukkan ke surga, hendaknya ia selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta mencari keridaan suami dengan cara taat dan patuh kepada suaminya. Ketaatan sepanjang suaminya itu tidak memerintahkan dan mengajak kepada kemaksiatan dan kemungkaran. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada khalik (Allah).” Wallahu’alam.
Oleh: Mochammad Hisyam