-

Thursday, June 28, 2012

Seni Terbang Sejak dari Kampung Dukuh

Unik dalam Kesederhanaan
KESENIAN ini terbilang unik dan sederhana. Uniknya, karena seni ini memainkan debus yakni sebuah kesenian biasa berasal dari masyarakat Baduy. Namun oleh masyarakat adat Kampung Dukuh, Cikelet, Kab. Garut, seni tersebut bisa dimainkan berbarengan dengan seni yang mengagungkan keberadaan Allah SWT.

Sederhananya, seni ini hanya dilengkapi dengan tiga buah dogdog dan dua rebana, ditambah kendang dan gong. Seluruh waditra kesenian ini sengaja diangkut dari asalnya, Kampung Dukuh, Cikelet, Garut Selatan. Seni terbang sejak ini sengaja ditampilkan dalam Festival Budaya Masyarakat Adat Tatar Sunda (FBMATS) di bale paminton Kampung Paniisan Alam Santosa, Pasirimpun, Kec. Cimenyan, Kab. Bandung, Kamis lalu.

Walaupun sederhana, penampilan seni terbang sejak mengundang perhatian dan apresiasi masyarakat. Terlebih dengan tampilnya sesepuh Kampung Dukuh, Bah Yayang yang melantunkan puji-pujian kepada Allah diiringi pukulan dogdog dan terbang atau rebana besar. Suaranya yang sesekali melengking dan parau, ternyata tidak menyurutkan masyarakat untuk lebih dekat menyaksikan pementasan seni terbang sejak.

Kidung puji-pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW mengingatkan para penonton akan dirinya sendiri maupun orang lain. Pasalnya, sekalipun bersuara agak fals, tetapi isi dari kidung puji-pujian itu begitu menyentuh hati para penonton dan masyarakat yang memenuhi bale paminton Kampung Paniisan, Alam Santosa, Pasirimpun.

"Memang kalau yang baru melihat merasa pertunjukan seperti hiburan. Tapi kalau ditelaah lebih jauh syair-syair yang dibawakan berupa pujian, kita akan merasakan ketenangan," ujar Toto Amsar, S.Sen., M.Hum., salah seorang dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung yang tengah mendokumentasikan pementasan seni terbang sejak.

Baru menyaksikan

Biasanya, terbang sejak dimainkan setiap syukuran khitanan, pernikahan, dan lainnya dan selalu diakhiri dengan pertunjukan seni debus. Namun kali ini, pementasan seni terbang sejak tidak menunggu hari raya atau hajatan khitanan maupun pernikahan. Tetapi dimainkan pada FBMATS yang di-setting untuk menyampaikan nilai-nilai kebudayaan masyarakat adat kepada masyarakat di luar masyarakat adat.

Ini terbukti di mana sebagian besar penonton dan masyarakat Pasirimpun belum pernah menyaksikan pementasan seni terbang sejak. Mereka mengaku mendapat pelajaran dan pengetahuan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam seni tradisional masyarakat adat.

Terlebih ketika menyaksikan bagian akhir dari seni terbang sejak. Mereka disuguhi permainan yang mengerikan, yakni seni debus. Bah Yayan tanpa ragu dan takut, menggesek-gesekkan golok tajam ke sekujur tubuhnya. Bahkan golok itu sengaja dipasang di tanah terhunus ke atas dan Bah Yayan dengan tenang menekan-nekan perutnya ke bagian ujung golok. Namun tidak ada satu pun bagian tubuhnya yang terluka maupun tertusuk golok.

Aksi Bah Yayan ini mengundang rasa ngeri para penonton dan masyarakat. Bahkan ada sebagian penonton yang tidak mau menyaksikan aksi debus tersebut, namun tangannya tetap memegang kamera maupun HP untuk merekam seni terbang sejak.

Bagi sebagian masyarakat Pasirimpun, atraksi ini sangat menarik, karena mereka sangat jarang bahkan tidak pernah menyaksikan atraksi yang membuat kening mengernyit ini.
(kiki kurnia/"GM")**
Galamedia
minggu, 03 juni 2012 00:12 WIB

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment