-

Monday, January 16, 2012

Batu Tulis Kembali Ditemukan di Sungai Cimandiri

UPAYA warga menemukan benda cagar budaya di Sungai Cimandiri, Sukabumi, kembali membuahkan hasil. Setelah sebelumnya sempat menemukan sejumlah benda cagar budaya, warga kembali menemukan benda cagar budaya batu tulis di daerah aliran Sungai Cimandiri, Jumat (13/1).

Menurut Muhammad Fajari Laksana yang memimpin pencarian, penemuan benda cagar budaya ini sudah dilakukan sejak tahun 1996. "Saya sudah melakukan pencarian benda cagar budaya sejak 14 tahun lalu di sekitar Sungai Cimandiri," ungkap Fajar yang juga Pemimpin Pesantren Zikir Al Fath Kota Sukabumi, saat ditemui "GM" di sela-sela pencarian.

Sebagian besar temuan benda cagar budaya ini, katanya, disimpan di Museum Sejarah Islam Sunda Prabu Siliwangi Kota Sukabumi. Ia mengatakan, disimpannya hasil temuan benda cagar budaya ini hanya untuk diselamatkan.

"Kami tidak punya maksud apa-apa, hanya ingin menyelamatkan benda cagar budaya sesuai perintah dari para leluhur, bukan untuk dimiliki," terang Fajar yang mengaku keturunan ke-17 dari Prabu Siliwangi.

Pencarian benda cagar budaya ini, terangnya, tidak bisa dilakukan sembarangan, harus menunggu petunjuk dari para leluhur. Kebetulan hari ini (kemarin, red) merupakan waktu yang cocok melakukan pencarian sekaligus mengangkat benda cagar budaya berupa batu tulis.

"Kami tidak bisa sembarangan melakukan pencarian, tapi harus menunggu petunjuk para leluhur," ujarnya.

Khusus batu tulis yang ditemukan kemarin, katanya, berada di kedalaman sekitar 70 cm dari permukaan air. "Ada petunjuk diambil jam segitu, dan tidak bisa mengambil seenaknya," ungkapnya.

Fajar menyebutkan, masih banyak benda cagar budaya peninggalan Prabu Siliwangi yang belum tergali dan muncul ke permukaan. Menurutnya, untuk mengambil benda cagar budaya ini bisa dilakukan di mana saja sesuai petunjuk dari para leluhur.

"Saya bersama santri bisa mengambil di mana saja, seperti di Curug Sawer Majalengka, Curug Sawer Gunung Gede, Sumedang, maupun Banten. Tetapi semuanya harus berdasarkan petunjuk dari para leluhur dan Yang Mahakuasa," terangnya.

Sedangkan untuk proses selanjutnya seperti menerjemahkan prasasti maupun penggalian ilmunya diserahkan pada yang ahli. "Saya hanya mendapat tugas dari leluhur untuk mengambil dan menyelamatkan benda cagar budaya peninggalan Prabu Siliwangi," terangnya.

Sementara budayawan asal Bogor, Dasep menyebutkan, apa yang dilakukan Ustaz Fajar adalah keajaiban. Pasalnya, proses pencarian dan pengambilan tidak bisa dipikir secara logika.

"Ini perlu hubungan kontak batin untuk mengkajinya. Apa yang dilakukan Ustaz Fajar perlu disikapi dengan arif dan bijaksana," ujarnya. (kiki kurnia/"GM")**
Galamedia Sabtu, 14 Januari 2012

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment