-

Sunday, December 18, 2011

Museum Monju Kok Kosong Melompong

Galamedia Selasa, 13 Desember 2011
SUDAH dua tahun belakangan ini di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (MPRJB) atau lebih dikenal dengan Monju ada "kehidupan". Sejak selesai dibangun tahun 1995, Monju belum pernah digunakan sebagai monumen sekaligus museum untuk menarik pengunjung datang ke museum.

Namun, sejak pertengahan tahun 2009, Monju digunakan sebagai Kantor Balai Kepurbakalaan, Sejarah, dan Nilai Tradisi (BKSNT) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar atas perintah Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan melalui Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Herdiwan.

Sejak saat itu, Monju banyak didatangi orang, terutama yang berkantor di sana. Bukan hanya itu, pengunjung pun banyak yang datang ke Monju untuk sekadar jalan-jalan atau mencari informasi mengenai sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat.

Terlebih, katanya, di bagian bawah monumen terdapat museum, perpustakaan, ruang diorama, auditorium, serta ruang pamer. Namun pada kenyataannya, ruangan-ruangan yang ada di bagian dalam bawah Monju sama sekali tidak digunakan. Kondisinya kosong melompong, tidak ada koleksi museum yang dipamerkan.

Begitu pun di perpustakaan, tidak ada koleksi buku yang bisa dibaca pengunjung. Di bagian ruang pamer tidak ada lukisan atau foto gambar pejuang atau sejarah Jabar yang bisa dilihat untuk diapresiasi. Begitu pun di ruang diorama, hanya terdapat diorama mini tentang perjuangan rakyat Jabar yang dibingkai dalam kotak kaca. Suasana di dalam ruangan-ruangan itu cukup gelap dan tak berlampu serta digunakan untuk gudang.

Kalaupun ada yang bisa disaksikan hanyalah relief yang terdapat di bagian luar Monju. Relief ini berukuran 2,5 meter dengan penjang kurang lebih 4,5 meter terdapat di sisi kiri dan kanan pintu masuk Monju. Kondisi relief jauh lebih beruntung, karena pihak pengelola telah menambahkan akrilik bening (mirip kaca) sehingga pengunjung tidak bisa meraba apalagi merusak relief. Relief tersebut menceritakan kisah perjuangan rakyat Jawa Barat mulai dari zaman kerajaan hingga zaman kemerdekaan dan pembangunan sekarang ini.

"Dulu sebelum ditutup akrilik bening, relief ini sering dirusak oleh tangan-tangan jahil. Sekarang sudah aman. Untuk menambah keindahan, di bagian luar ditempatkan lampu sorot," ujar Plt. BKSNT, Toni melalui Kasi Kepurbakalaan, Romlah Sutandai dan Kasi Jarahnitra, Adja Sondari yang ditemui "GM" di kantornya, Jln. Dipati Ukur Bandung, Senin (12/12).

Sangat ironis

Kondisi ini jelas sangat menyedihkan. Pasalnya, hampir setiap saat ada pengunjung yang datang ke Monju untuk menggali informasi mengenai kisah sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat. Namun apa daya, segala yang diinginkan para pengunjung sirna, ketika menyaksikan ruangan museum, perpustakaan, auditorium, diorama serta ruang pamer yang kosong melompong. Hampir tidak ada koleksi yang disimpan untuk menarik perhatian pengunjung.

"Saya ingin mengorek informasi mengenai perjuangan rakyat Jawa Barat di monumen ini, tapi yang saya dapatkan hanya ruangan kosong. Yang ditemui hanyalah akhitivitas rutin karyawan BKSNT," ungkap Fani G, salah seorang mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung.

Fani sangat menyesalkan dengan kosongnya museum dan ruangan lainnya di Monju. Padahal, jika ruangan-ruangan tersebut dipenuhi dengan koleksi kisah perjuangan rakyat Jawa Barat, mulai dari masa kerajaan sampai kemerdekaan tentunya akan banyak informasi yang digali oleh mahasiswa, kalangan pelajar, dan masyarakat.

"Kenapa hal ini tidak dimanfaatkan pemerintah untuk mengenalkan perjuangan masyarakat Jabar selama masa kerajaan, penjajahan, kemerdekaan, pembangunan, hingga masa sekarang," terangnya.

Ini sangat ironis. Monju yang lokasinya sejajar dengan Gedung Sate yang dijadikan Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat ke arah utara, kondisinya jauh dari perhatian. Sejak belasan tahun Monju dibiarkan menjadi monumen yang tak berfungsi. Padahal pembangunannya memakan uang rakyat melaalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jabar, tapi fungsinya belum terasa oleh masyarakat.

Kini, setelah dijadikan Kantor BKSNT pun masih seperti dulu. Kurang bermanfaat bagi masyarakat.

Menyeramkan

Saat ini, Monju sudah dijaga puluhan petugas keamanan yang bertugas siang dan malam. Tidak hanya itu, petugas kebersihan pun senantiasa membersihkan area Monju. Namun itu hanya di bagian luarnya saja, sedangkan di bagian dalam masih terasa menyeramkan dan kurang sehat bagi para karyawan BKSNT.

Bayangkan saja, hanya beberapa penyegar ruang (AC) dari puluhan AC zaman dulu yang masih aktif. Di setiap ruangan tidak ada blower pemompa udara dari luar ke dalam, serta fun house yang memompa udara dari dalam ke luar ruangan. Akibatnya, setiap minggu selalu saja ada karyawan yang sakit karena tidak bisa bertahan berlama-lama bekerja di dalam ruangan Monju yang berada di bawah tanah.

Menurut Romlah Sutandi, kondisi ini sudah dirasakan sejak kantor BKSNT pindah dari Jln. Dirgantara ke Monju, tahun 2009. "Udara di dalam ruangan Monju sangat kotor, karena hanya berasal dari AC jadul yang belum pernah difungsikan sejak didirikan. Para karyawan pasti merasakan pusing kepala, sakit pinggang, hingga sesak napas dan sakit mata. Bahkan, karyawan yang mempunyai penyakit sebelumnya, penyakitnya pasti kambuh," paparnya. (kiki kurnia/"GM")**

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment