-

Friday, October 28, 2011

Presiden Soekarno dan Masjid Biru di Rusia

Memang, hubungan antara masjid ini dengan mantan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, tidak bisa dipisahkan. Di negeri komunis Uni Soviet, nama Soekarno sangat dikenal. Bukan hanya dianggap sebagai teman dalam Perang Dingin melawan poros Barat, namun juga sebagai presiden muslim yang memberikan 'berkah' bagi sebagian muslim di negeri beruang merah ini.


Menurut Ja'far Nasibullah, suatu hari di tahun 1955, Soekarno berkunjung ke St Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad. Ia datang dan menikmati kota indah ini dengan putri kecilnya yang bernama Megawati Soekarnoputri.

Dari dalam mobil itu, Soekarno sekilas melihat sebuah bangunan yang unik dan tidak ada duanya. Sopir diminta memutar haluan untuk melihat bangunan tersebut. Namun, sang sopir tak menuruti permintaan orang nomor satu RI itu. Tidak ada perintah untuk memutar apalagi berhenti.

Pada zaman itu, di bawah pemerintahan komunis nyaris tidak ada kekuasaan dan kesempatan berdiskusi yang diberikan kepada seorang sopir. Dari pembicaraan dengan beberapa pihak, Soekarno akhirnya tahu bahwa gedung itu adalah sebuah masjid yang saat itu dijadikan gudang.

Dalam suatu pertemuan dengan pejabat setempat, Presiden melontarkan permintaan agar pada hari berikutnya diatur suatu kunjungan ke masjid yang dilihatnya. Namun aturan protokoler tidak memungkinkan karena acara yang disusun sudah sangat padat.

Setelah dua hari menikmati keindahan kota St Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad, Soekarno terbang ke Moskow untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi guna membahas masa depan kerja sama bilateral dan berbagai posisi kunci dalam Perang Dingin yang terus memuncak. Dalam bincang-bincang di istana Kremlin itu sempat tersiar kabar suatu pembicaraan yang unik diantara kedua pemimpin bangsa.

''Bagaimana kunjungan ke Leningrad tuan Presiden. Tentu sangat menyenangkan, bukan?,'' tanya pemimpin Rusia. Diluar dugaan Soekarno memberikan jawaban yang mengagetkan. ''Rasanya saya belum pernah ke Leningrad,'' ujar Soekarno.
''Tuan Presiden memang pandai bertutur. Ada apa yang salah dengan Leningrad. Bukannya kemarin dua hari berjalan-jalan dengan sang puteri di sana.''
''Ya. Kami memang berada disana, tapi kami belum kesana.''
''Kenapa begitu?''
''Karena kami tidak pernah diberikan kesempatan untuk mengunjungi bangunan yang disebut masjid biru.''

Kunjungan Soekarno ke Rusia berjalan lancar dan seolah tidak pernah ada apapun yang terkait dengan masalah agama ataupun masjid.
Soekarno juga tidak banyak membicarakan lagi tentang masjid yang pernah dilihatnya di kota terindah di Uni Soviet tersebut.
Meskipun begitu, diam-diam banyak kalangan muslim memasang kuping atas berbagai kejadian yang dialami oleh tamu kehormatan dari Indonesia tersebut.

Seminggu setelah kunjungan usai. Sebuah kabar gembira datang dari pusat kekuasaan, Kremlin di Moskow. Seorang petinggi pemerintah setempat mengabarkan bahwa satu-satunya masjid di Leningrad yang telah menjadi gudang pasca revolusi Bolshevic tersebut bisa dibuka lagi untuk beribadah umat Islam, tanpa persyaratan apapun. Sang penyampai pesan juga tidak memberikan alasan secuilpun mengapa itu semua bisa terjadi.

''Umat Islam di St Petersburg mengenal dengan baik Presiden Soekarno. Kita sangat berterima kasih kepada almarhum Soekarno. Kami akan ingat jasa-jasanya,' ujar mufti Ja'far Nasibullah. Tanpa Soekarno, katanya mungkin masjid indah ini sudah hancur sebagaimana masjid dan gereja lainnya.

Hingga kini, masjid yang didirikan pada tahun 1910-1921 itu masih berdiri megah. Dua menaranya menjulang setinggi 48 meter sedangkan kubahnya yang dibalut keramik warna biru sangat gagah dengan ketinggian 39 meter. Tempat ibadah umat Islam yang diarsiteki oleh dua orang nasrani bernama Vaslilier dan Alexander Von Googen ini memang mirip dengan sebuah masjid di Samarkand, Asia Tengah.

Meskipun sempat akan hancur kubahnya pada tahun 1980an, namun berkat kebaikan hati beberapa pemimpin komunis era Uni Soviet dan pinjaman seseorang yang beragama Ortodoks, maka renovasi selama 18 tahun telah mengembalikan kemegahan rumah Allah di bumi utara tersebut.

''Sebagai muslim, saya harus jujur dan mengucapkan terima kasih bukan hanya kepada umat Islam yang senantiasa memakmurkan masjid ini. Tetapi juga kepada pemerintah pada masa komunis, pemerintah sekarang dan juga para donatur yang berbeda agama. Semoga Allah SWT memberikan balasannya atas kebaikan mereka,'' ungkap Ja'far.

Mobil Mercedes tua itu segera saya starter setelah bersalaman beberapa kali dengan Sang Mufti. Pelukannya yang hangat dan ciumannya yang ikhlas mengesankan ia telah bertemu dengan seorang 'Soekarno' kecil. Sayapun jadi termangu, tidak bisa tidur dan selalu bertanya, 'Kontribusi apa yang bisa saya berikan untuk muslim Rusia di masa keterbukaan ini.'
Sumber : republika

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment