-

Friday, October 14, 2011

Kembangkan Cibiru Jadi Kawasan Agrowisata

H. Tatang Muhtar, S.Sos., M.Si.
KOTA ibarat seorang wanita. Auranya harus terpancar sehingga kecantikan, kelembutan, dan keanggunannya akan menarik dan memesona setiap orang yang memandangnya. Kecamatan Cibiru layaknya gadis cantik yang berdiri di depan pintu gerbang. Dengan senyumnya yang ramah, penampilan yang sopan, serta aura yang memunculkan kecerdasan siap menyambut dan menjadi guide siapa pun yang berkunjung ke Kota Bandung. Cibiru mesti menjadi entertainer yang mampu memasarkan pesona Kota Bandung sebagai kota jasa yang bermartabat.

Itulah yang ada di benak Camat Cibiru, H. Tatang Muhtar, S.Sos., M.Si. Pria kelahiran Karawang, 2 Juni 1968 ini ingin menjadikan Cibiru sebagai salah kecamatan dengan daya tarik yang khas, memiliki agrowisata yang maju dan terus berkembang, berhasil guna dan berdaya guna bagi para petani, menumbuhkan minat para investor, dan menjadi daerah kunjungan wisata alam.

Untuk mewujudkan keinginan itu, Cibiru pun mulai tebar pesona. Secara perlahan ia mulai memoles wajah, berhias diri, menggali potensi, dan memunculkan aura kecerdasan. Jalan-jalan yang melintang di wilayahnya diperbaiki untuk memudahkan lalu lintas ekonomi, sosial, dan budaya. Lahan-lahan kosong dan gersang mulai ditanami agar tumbuh menjadi lingkungan yang hijau, sejuk, dan menyegarkan.

"Saya ingin Kecamatan Cibiru menjadi paru-paru kota, sumber oksigen, dan sumber air," ungkap alumni S1 APDN dan S2 IPDN.

Menurut mantan ajudan Wakil Wali Kota Bandung (1993-1996), tingkat polusi kota saat ini semakin tinggi, karbondioksida (CO2) kian hari kian bertambah dan menggumpal di atmosfer bumi. Oksigen (O2) sebagai unsur penting dalam proses fotosintesa berkurang dan terkurung oleh karbondioksida sehingga kemampuannya untuk mengubah awan menjadi uap air (H2O) menurun. Akibatnya hujan tidak teratur bahkan jarang, air pun berkurang. Ini sangat berpengaruh terhadap pola tanam, kualitas produksi, dan penghasilan para petani. Menanam pohon berarti menyelamatkan produksi petanian.

"Menurut penelitian, idealnya satu kendaraan berbanding sepuluh pohon besar. Sekarang berapa banyak kendaraan yang ada di kota Bandung? Itulah sebabnya Cibiru berusaha menjadi kota yang rimbun dan anggun, cukup air dan cukup oksigen," ujar suami Ny. Ina Marlina dan ayah dari Silmi Sabila Hasya serta Dinan Asfari Muhtar.

Dalam benak Tatang, Cibiru harus mewujud menjadi daerah agrowisata. Lokasi pertanian yang subur dikelola secara intensif dan profesional dengan panduan tenaga ahli dan sarjana pertanian. Kawasan pertanian Cibiru bukan hanya menjadi lumbung padi melainkan menjadi produsen bibit unggul yang siap memasok kebutuhan bibit di Jawa Barat. "Ini bukan hal yang mustahil, karena Cibiru mempunyai lahan yang memadai ," jelasnya.

Di daerah pertanian di Kelurahan Cisurupan, Tatang pun bermimpi membangun museum pertanian yang menyajikan bibit unggul, alat-alat pertanian, dan pupuk kompos hasil olahan masyarakat petani. Bahkan di kawasan ini dibentuk kampung petani. Setiap wisatawan atau siapa pun yang berkunjung ke kawasan ini akan menyaksikan proses pembuatan pupuk kompos, cara mencangkul yang benar, serta dapat melihat pula pola hidup sehari-hari para petani. "Para pengunjung dapat berbaur langsung dengan para petani yang tinggal di sekitar lahan pertanian dengan aneka tradisi dan budaya sebagai bentuk kearifan lokal. Mereka bisa meilhat hasil palawija, hasil kerajinan dan alat pertanian seperti dudukuy, etem, singkal, garok, pacul, dsb. Mereka pun bisa ikut menikmati sajian makanan tradisional yang biasa disantap para petani di saung-saung. Orang yang menyambut tamu bukanlah model, melainkan para petani asli, keluarga petani dengan pakaian petani dan aroma has alam tentunya," terangnya.

Demikian pula para peternak ikan, sapi, dan kambing etawa akan memaksimalkan hasilnya. Bahkan perdagangan bunga hias pun sangat memungkinkan dikembangkan di Cibiru. Ini bisa menjadi alternatif dari Cihideung. Oleh karena itu kami mengundang investor yang mau mengembangkan agrowisata Cibiru," tukasnya. (nana sukmana/"GM")**

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment