-

Friday, October 07, 2011

Catatan Peristiwa di Perairan Dunia

PERAIRAN adalah wilayah terluas di planet yang didiami manusia dan tidak sedikit peristiwa yang terjadi di area biru ini. Mulai dari peperangan hingga kecelakaan yang meli batkan banyak korban. Belum termasuk konflik yang ternyata juga berlangsung dengan tempat kejadian lautan. Sebagian dilupakan, sebagian lagi tercatat dalam sejarah. Apa saja peristiwa tersebut? Berikut di antaranya.

Freedom Flotilla vs Israel

Beberapa waktu lalu sebuah konvoi yang terdiri atas enam kapal dengan 380 penumpang berangkat dari Istanbul. Mereka membawa bantuan kemanusiaan bagi penduduk Palestina sekaligus menentang blokade Israel terhadap Jalur Gaza, teritori yang dikuasai kelompok militant Hamas. Mereka bergerak dalam misi Gaza Freedom Flotilla. Hasilnya angkatan laut Israel turun tangan. Mereka menghentikan konvoi Flotilla pada 31 Mei di perairan internasional dan menyergap kapal utama. Sembilan orang dinyatakan tewas dan 60 aktivis luka-luka.

Karena laporan yang "simpang siur" dan konflik yang menyertainya, penyidikan untuk benar-benar membawa pihak yang bersalah dalam perisitiwa ini ke meja hukum sepertinya menghadapi kendala. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan pembelaannya atas tindakan yang dilakukan terhadap Flotilla, begitu pun untuk blokade Gaza , yang menurutnya dilatari isu keamanan.

Bagaimanapun Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa dan banyak negara mengutuk aksi Israel tersebut. Selain itu, insiden Flotilla pun semakin memperuncing konflik dan memanaskan hubungan Israel dengan beberapa negara tetangga di Timur Tengah.

Philip II vs Elizabeth I

Saat penguasa katolik Spanyol Raja Philip II menyatakan perang terhadap saudara tirinya yang protestan, Ratu Elizabeth I, ia memperhitungkan segalanya, kecuali cuaca. Armada yang disebut-sebut sebagai "Great and Most Fortunate Navy" sebelum melintasi lautan dan menginvasi Inggris itu ternyata tidak bisa menghindari cuaca buruk yang tiba-tiba menghadang.

Dalam pertempuran yang akhirnya pecah tersebut pasukan Inggris yang sebenar nya tidak bisa mengimbangi jumlah pasukan angkatan laut dari Negeri Matador, pada 28 Juli 1588 terbukti berhasil menghalau rencana invasi Raja Philip II. Mereka mempertahankan wilayah daratnya dari pasukan mana pun yang mencoba merapat. Setelah itu armada Spanyol pun mundur dan memutuskan kembali melalui jalur utara melewati Skotlandia.

Tanpa diduga jalur yang ditempuh ternyata menghadapkan mereka pada musuh yang tak terlihat dan tak bisa diprediksi: cuaca. Badai Atlantik utara yang tiba-tiba menyapu lautan membuat sejumlah kapal kehilangan kendali dan terlempar ke wilayah berbatu Skotlandia. Raja Philip II yang kala itu mengerahkan 30.000 pasukan untuk menguasai wilayah Albion tersebut, hanya bisa menyambut 10.000 di antaranya yang berhasil kembali ke tanah air.

RMS Titanic vs es

Diklaim sebagai kapal uap berpenumpang paling besar pada masanya tidak ada yang pernah menyangka RMS Titanic akan tenggelam oleh karang es yang menghadang. Apalagi pada pelayaran perdana. Tidak untuk kapal dengan konstruksi seperti yang dibangun para insinyur yang merancangnya kala itu. Beberapa hari setelah memulai perjalanannya yang pertama pada 10 April 1912, kapten kapal sebenarnya telah berusaha melakukan apa yang diperlukan. Ia mengarahkan Titanic ke arah selatan sebagai respons atas peringatan yang menyebut sebuah karang es kemungkinan akan membahayakan.

Tapi perubahan arah ini ternyata tidak mengubah nasib yang menimpa salah satu kapal yang paling dikenal ini. Beberapa saat sebelum tengah malam pada 14 April tahun itu, "kemewahan di lautan" tersebut akhirnya menabrak karang es. Seperti yang kemudian diketahui dan divisualisasikan dalam filmnya, Titanic karam membawa serta banyak dari penumpangnya ke dasar laut di malam yang dingin itu. Di luar faktor teknis, hal lain yang menjadi perhatian adalah sekoci yang ternyata hanya cukup untuk menyelamatkan 1.178 penumpang. Titanic tercatat memiliki kapasitas maksimum 3.547 dan 2.223 di antaranya dinyatakan hilang.

ROKS Cheonan vs torpedo

Meski sama-sama menandatangani persetujuan untuk gencatan senjata dan mengakhiri perang di semenanjung Korea, secara teoriKorea Selatan dan Korea Utara sepertinya belum benar-benar mengakhiri konflik yang telah lama berlangsung di antara keduanya. Hubungan dua negara tetangga ini bisa dikatakan selalu panas dan sempat memuncak pada tahun 1994 saat pihak Pyongyang mengancam pemerintahan Korsel di Seoul hingga isu perang di perairan pun mengemuka.

Tensi yang membuat hubungan diplomatik dua Korea ini kembali menegang pun sempat terjadi, belum lama ini. Kapal angkatan laut Korsel ROKS Cheonan dilaporkan mendapat serangan pada 26 Maret tahun lalu. Kala itu ROKS Cheonan tengah berada di Laut Kuning ke arah barat negara tersebut. Ledakan membelah armada perang berbobot 1.200 ton dengan 104 personel tempur tersebut. Sementara 46 korban dinyatakan ikut tenggelam bersama bagian kapal yang terbelah dua.

Pihak Korsel sendiri tidak serta merta menuding Korut sebagai pelaku serangan agresif tersebut. Sejumlah pejabat sempat menyatakan ledakan bisa jadi akibat sisa-sisa ranjau peninggalan Perang Korea. Namun dua bulan pasca ledakan tim investigasi internasional menyatakan ada bukti-bukti yang mengarah pada kemungkinan ledakan terjadi akibat tembakan torpedo milik kapal selam milik Korut. Pihak Korut sendiri menyangkal dan menolak bertanggung jawab atas insiden yang terjadi. Hingga kini tensi diplomatik di semenanjung yang satu ini tetap tinggi. (mia fahrani/"GM")** 

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment