-

Friday, October 21, 2011

21-22 Oktober Puncak Hujan Meteor Orionid

Setelah hujan meteor Draconid menghiasi cakrawala pada 8 Oktober lalu, pada 21-22 Oktober kita bisa kembali menyaksikan puncak hujan meteor Orionid yang berasal dari rasi bintang orion. Karena titik radiannya berada di ekuator langit, hujan meteor Orionid dapat disaksikan baik dari belahan bumi utara maupun selatan.

Jika langit cerah, hujan meteor yang berasal dari sisa debu komet Halley itu bisa disaksikan selepas tengah malam hingga menjelang subuh di arah tenggara. Puncaknya diperkirakan terjadi sekitar pukul 2.00 WIB dengan jumlah 20-30 meteor per jamnya.

Kepala Observatorium Bosscha, Hakim L. Malasan mengungkapkan, hujan meteor Orionid sebenarnya terjadi sejak pertengahan hingga akhir Oktober. Namun puncaknya baru terjadi pada 21-22 Oktober ini.

Jumlah hujan meteor Orionid tidak sebanyak Draconid yang mencapai ribuan per jamnya. Namun, bagi para pencinta astronomi, hujan meteor ini tetap akan menjadi pemandangan yang menarik, ujarnya saat ditemui baru-baru ini di Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Meskipun jumlahnya mencapai ribuan, kata Hakim, hujan metor Draconid pada 8 Oktober lalu tidak bisa disaksikan dengan jelas karena saat itu cuaca mendung. Hujan meteor hanya bisa dilihat jika kondisi langit betul-betul gelap sehingga akan lebih baik jika dilihat dari daerah pinggiran yang tidak terlalu terganggu polusi cahaya.

Mudah-mudahan cuaca cerah sehingga pemandangan hujan meteor Orionid kali ini bisa dinikmati, katanya.

Hujan meteor merupakan serpihan debu angkasa berupa batu dan kerikil yang berasal dari sisa ekor komet saat melintasi matahari. Komet Halley yang melintasi bumi setiap 76 tahun sekali terakhir muncul pada 1986 lalu.

Sisa ekor komet dengan panjang hingga jutaan kilometer itu tertinggal pada orbitnya sehingga menimbulkan fenomena hujan meteor. Selain Orionid, sisa ekor komet Halley juga menimbulkan hujan meteor Eta Aquarid yang terjadi pada awal Mei setiap tahun.

Hujan meteor Orionid akan menembus atmosfer bumi dengan kecepatan sekitar 60 km per detik atau 237.600 km per jam. Orionid memiliki kecepatan tertinggi kedua setelah hujan meteor Leonid yang mencapai 72 km per detik atau 259.200 km per jam.

Meski demikian, Hakim mengungkapkan, hampir semua meteor terkikis habis oleh atmosfer sebelum sampai ke permukaan bumi. Saat terjadi pengikisan oleh atmosfer, meteor terbakar sehingga membentuk ekor yang bersinar dan terlihat dari bumi. (Cecep Wijaya Sari/A-26).***

sumber : www.pikiran-rakyat.com

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment