-

Monday, May 02, 2011

Cimahi Punya Rumah Desain dan Kemasan

KOMPAS/DEDI MUHTADI Comro kering (comring), makanan ringan hasil karya usaha ibu-ibu rumah tangga di Kota Cimahi, dikemas secara baik. Selain agar terjamin kesehatannya, juga dimaksudkan untuk menarik minat konsumen. CIMAHI, KOMPAS — Di sebuah toko makanan di Kota Cimahi, Jawa Barat ada makanan ringan Comring (comro kering) terbungkus dengan dus cantik berwarna kuning kemerahan. Di belakang dus ukuran 10 x 25 centimeter, tertulis izin Depkes – MUI yang menyatakan makanan itu sehat dan halal produksi Mustika Sari dengan huruf tebal hitam cukup profesional.Sepintas makanan kecil berkomposisi singkong, cabe, bawang, gula, garam dan ketumbar itu seperti produk industri besar. Siapa sangka, snack yang terbungkus rapi lengkap dengan ukuran beratnya itu buatan ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di gang sempit, Jl Leuwi Gajah Blk 128 Kelurahan Cigugur Tengah Kota Cimahi.Begitu juga Sumpia, makanan renyah dan gurih berbahan baku udang kering yang terbungkus dengan dus warna kuning dan merah jambu. Produsennya tertulis ChanTika Dewi beralamat di Jl Raya Cilember Cigugur Tengah Kota Cimahi. Ternyata, “pabrik” nya terletak di gang sempit Tunggal Bakti 5/7 RT 04 RW 06 yang tempat penggorengannya bersatu dengan teras rumah berukuran 5 X 7 meter.“Kami sudah 11 tahun memproduksi comring,” ungkap Sardjo, suami Bu Enok, panggilan akrab Ny Warni, sambil membungkus comring yang sudah digoreng. Comring-comring itu diletakan di sebuah wadah di atas kursi panjang tengah rumah yang bersatu dengan dapur. Comro sendiri adalah makanan tradisional Sunda yang berarti oncom dijero (di dalam). Sebelum digoreng, oncom  diletakan didalam parutan singkong yang dibentuk bulat-bulat.Dalam pembuatan comring, Bu Enok bertugas membuat adonan dari singkong parutan dan membumbuinya. Setelah siap goreng, lalu disebarkan ke 5 kelompok ibu-ibu tetangganya yang masing-masing kelompok beranggotakan 3 ibu rumah tangga. Setelah comring matang, disetorkan kembali ke Bu Enok untuk dibungkus dan diberi label. Dari hasil penggorengan itu tiap anggota memperoleh penghasilan rata-rata Rp 30.000 per hari. “Lumayan untuk meringankan beban suami,” ujar Ny Ika Rostikawati (31) yang menjadi mitra Bu Enok. Dengan pola itu selain menyebarkan usaha dan menambah penghasilan rumah tangga, juga menyebarkan usaha.Hal yang sama juga dilakukan oleh Ny Ai Tarmini dengan 10-15 ibu-ibu tetangganya. Selain di Cimahi dan Bandung, Ai juga menjual makanan tradisonal itu ke Jakarta dan rest area di Jalan Tol Cikampek dan Cipularang.“Kami juga membantu menjualkan comring dan beberapa makanan ringan hasil ibu-ibu lainnya di Cimahi,” ujar Ai Tarmini yang menggeluti sumpia sejak 2005 lalu. Merk dari hasil kerajinan tangan Ai Tarmini sudah memperoleh hak cipta dari Dephukham. Di kartu namanya juga tercantum alamat lengkap website dan email.Layanan RDKCIbu-ibu rumah tangga itu merupakan dua di antara 30 pelaku usaha menengah kecil mikro (UMKM) yang menerima bantuan stimulan kemasan dari Rumah Desain Kemasan Kota Cimahi atau RDKC. RDKC adalah unit pelaksana teknis di bawah Dinas Koperasi Perindustrian, Perdagangan, dan Pertanian (Diskopindagtan) Kota Cimahi yang bertugas melayani kebutuhan UMKM melalui berbagai konsultasi.Misalnya, memberikan informasi detail proses desain dan aliran prosespembuatan bungkus produk sampai pencetakan. Konsultasi detail desain kemasan baik grafis atau struktur bagi produk yang dihasilkan UMKM. Dengan begitu diharapkan setiap pembungkusan/pengemasan yang dikeluarkan mempunyai karakteristik dan memberi dampak lebih besar terhadap usaha mereka dan bukan semata mampu mengikuti tren.Konsultasi pengembangan pemasaran produk-produk UMKM setelah mendapatkan kemasan baru melalui akses pasar yang dijalin oelh tim RDKC ataupun informasi-informasi potensi pasar untuk produk-produk tersebut. Konsultasi manajemen baik produksi, keuangan maupun pemasaran dan distribusinya dimana bagi UMKM yang telah mapan agar dapat melakukan kegitana produksinya dengan nuansa pemberdayaan.Yaitu melibatkan masyarakat sekitar agar ikut dalam kegiatan usaha tersebut. Atau melakukan hal yang sama dan produksinya ditampung dan dipasarkan melalui akses pasar yang telah berjalan. “Dengan begitu diharapkan dapat tercipta sentra produksi sejenis di wilayah tersebut,” kata Harjono, Kahumas Pemkot Cimahi.Menawarkan kerja sama dalam pengemasan produk melalui fasilitasi mesin-mesin kemasan yang dimiliki oleh RDKC.  Setelah itu konsultasi tentang perizinan yang menjadi persyaratan sebuah produk. Khususnya produk olahan makanan serta konsultasi persyaratan-persyaratan kemasan untuk dapat masuk dalam beberapa segmen pasar. Didukung APBDTiap tahun APBD Cimahi menganggarkan belanja langsung untuk UMKM ini sekitar Rp 5 miliar. Namun khusus untuk RDKC, dialokasikan dana Rp 300-500 juta per tahun. Wali Kota Cimahi HM Itoc Tochija menjelaskan,  pengembangan UMKM didasari oleh kenyataan bahwa warga Cimahi tingkat daya belinya masih di bawah rata-rata Jawa Barat.Padahal derajat kesehatan dan pendidikan sudah di atas rata-rata Jabar. Karakteristik kota Cimahi ini adalah industri, namun sejak krisis ekonomi berlangsung sudah 58 industri berhenti. Dengan komposisi tenaga kerja 60 persen dari luar dan 40 persen dari Kota Cimahi, hal itu berpengaruh terhadap pendapatan warga.Akibatnya di daerah kantung-kantung di dekat industri penghasilan warga terbatas. Malah penghasilan mereka banyak yang kurang dari upah minimum kota. Dari kenyataan itu Pemkot lalu mencari formulasi untuk mengembangkan UMKM. Pertama, memfasilitasi program maklun yakni mengupahkan pengerjaan barang kepada pihak lain.Misalnya industri komponen kendaraan yang memaklunkan suku cadangnya kepada UMKM. Ini terjadi di industri otomotif, misalnya karet-karet penahan benturan antarbesi dengan besi. Kedua garmen yang sekarang ini pasarnya masih bisa diandalkan.Ketiga adalah kuliner yang terutama diarahkan untuk kemampuan meningkatkan kualitas higienis produk hingga memasakannya. Pemkot lalu menyediakan Sekolah Jumat yang dikelola oleh ibu-ibu PKK. Di sini para pelaku UMKM dilatih cara memproduksi, menggoreng, hingga membungkus makanan sehat.“Misalnya para pembuat roti terutama yang biasa dijajakan ke anak-anak sekolah, kami bina betul terutama kesehatan makanannya,” ujar Itoc. Hingga kini sudah 86 pengusaha UMKM bidang kuliner dibimbing mulai dari pembungkusan hingga pemasaran. Untuk mendukung tenaga ahli, disediakan jurusan Tataboga pada SMK III Cimahi. Di SMK ini terdapat tempat pelatihan yang cukup mumpuni bagi para pelaku UMKM.Cimahi yang letaknya terjepit oleh Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat memiliki tiga kecamatan dan 15 kelurahan, 307 rukun kampung/warga dan 1.675 rukun tetangga (RT) berpenduduk 522.731 jiwa (2007). Kota dilewati Sungai Cimahi yang bermuara ke Sungai Citarum. Secara geografis wilayah ini merupakan lembah yang juga mengarah ke Citarum.Melihat fakta itu, program pembangunan harus langsung diarahkan kepada peningkatan peningkatan kesejahteraan masyarakat berbasis keluarga. Di tiap-tiap RT yang memiliki potensi usaha dibuat proyek perintis lalu dibina oleh RDKC. RDKC kemudian melakukan advokasi dan pelatihan sehingga pelaku ekonomi di tingkat akar rumput itu memiliki kemampuan berusaha.Bagi yang sudah berusaha didorong agar meningkatkan kemampuannya, misalnya bidang pemasaran. Bagaimana produk-produk hasil kerajinan rakyat itu bisa dipasarkan lebih baik, maka pembungkusan atau pengemasannya harus menarik. Asisten Ekonomi Pembangunan Kota Cimahi Syamsul Hidayat, menambahkan, RDKC juga diarahkan menjadi badan usaha milik daerah (BUMD). Pelaku UMKM yang sudah menerima stimulan kemasan, seterusnya berlangganan bungkus/kemasan bagi produknya yang desainnya dibuat di RDKC. (Dedi Muhtadi)

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment